Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Selasa, 19 Maret 2013
Lyrics lagu Indonesia Tanah Air Beta
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi
SILENT IS GOLD OR NO ?
Surabaya, 19-03-2013
Hari ini, aq termangu karena sangat heran dengan perilaku murid-muridku, satu hal yang aneh hingga saat ini yang belum bisa aq atasi adalah silent/ diam...dia sangat diam semenjak bertemuku di kelas 1. Sekarang Ia sudah kelas 3, kenapa Ia sampai sekarang tidak pernah terdengar suaranya. Sungguh, aku merindukan suaranya, karena sejak Ia bersama denganku tak pernah Ia mengatakan satu kata apapun padaku. Anehnya Di rumah Ia mengucapkan banyak kata pada Ibunya.....Sedangkan disekolah Ia hanya diam saja....sungguh...gmn suaramu Nak ?
Hari ini, aq termangu karena sangat heran dengan perilaku murid-muridku, satu hal yang aneh hingga saat ini yang belum bisa aq atasi adalah silent/ diam...dia sangat diam semenjak bertemuku di kelas 1. Sekarang Ia sudah kelas 3, kenapa Ia sampai sekarang tidak pernah terdengar suaranya. Sungguh, aku merindukan suaranya, karena sejak Ia bersama denganku tak pernah Ia mengatakan satu kata apapun padaku. Anehnya Di rumah Ia mengucapkan banyak kata pada Ibunya.....Sedangkan disekolah Ia hanya diam saja....sungguh...gmn suaramu Nak ?
Kamis, 14 Maret 2013
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
EVALUASI DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Filsafat Pendidikan Islam ”
![]() |
Oleh
:
MULIATUL MAGHFIROH
NIM: F05411134
Dosen Pembimbing:
Dr. Phil.
Khoirun Niam
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
PERSPEKTIF
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MULIATUL MAGHFIROH
(F05411134)
Abstrak:
Makalah
ini menjelaskan tentang evaluasi dalam pendidikan karakter prespektif filsafat
pendidikan. Penilaian dalam pendidikan
dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-keputusan pendidikan, baik yang
menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan, baik
yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Dalam konteks ini,
penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan niai-nilai Islami
sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan dapat tercapai secara
maksimal. Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem
evaluasi yang digariskan oleh Allah SWT, dalam Alquran dan dijabarkan dalam
Sunah, yang dilakukan Rasulullah SAW dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Kata
kunci: evaluasi, prinsip evaluasi, pendidikan karakter.
I
A.
Pendahuluan
Berbagaigejalaperkembangankarakterpesertadidik yang
cenderungkearahnegatifsemakintampakjelasdalamkehidupansehari-hari.Fenomenaketidakjujurandalammengerjakanujiannasional;
kekerasandantawuranantarpelajardanbahkanmahasiswa; kurangmenghargai orang
tuamaupun guru; keterlibatanpemudapelajarpadaperbuatan-perbuatanmelanggarhukum;
lunturnya rasa malumelakukanperbuatan yang
bertentangandengannilai-nilaisosialdan agama; danperilakuchatting, facebookyang
salah kaprah,sertasmsnegatif yang
dilanjutkandenganpertemuanantarmerekauntukmelakukanperbuatan
a-susilaseringkitadengar.Selainitu,
perilakureaktif-emosionalsangatmudahterjadimeskipunkadang-kadanghanyadisebabkanolehhal-halsepele.Amukmassa,
gerombolan/berandalanmotorsecaraberingasketikaaparatkeamananmelakukanpenertibanmaupundemonstrasianarkistakjarangkitasaksikan
di layartelevisi[1].Mengapabangsa Indonesia yang dahuludikenalsebagaibangsa yang
berprilakulembut, sopan, santun, danmenjunjungtingginilai-nilailuhur agama
dantradisikearifansekarangcenderungsepertiitu?Masih bisakah fenomena yang
cenderung mengindikasikan karakter yang kurang baik itu dikembalikan, serta
bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam membangun kembali karakter yang baik
itu?. Dan untuk saat ini adalah lebih memasifkan pendidikan karakter dalam
kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara dalam aspek apapun.
Karakter (character)
dapatdiartikansebagaitotalitasciri-ciripribadi yang
yangmelekatdandapatdiidentifikasipadaprilakuindividu yang bersifatunik,
dalamartisecarakhususciri-ciriinimembedakanantarasatuindividudengan yang
lainnya.Olehkarenaciri-ciriitudapatdiidentifikasipadaprilakuindividudanbersifatunik,
makakaraktersangatdekatdengankepribadianinidividu.Meskipun karakter setiap
individu ini bersifat unik, namun sejumlah karakter umum yang menjadi stereotype
dari sekelompok masyarakat, atau bahkan suatu bangsa dapat diidentifikasi
sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula dipandang
sebagai karakter suatu bangsa. Mengingatkarakterituada yang baikdanada yang
tidakbaik, kitaharusberupayamembangunkarakerbaik (good character).Sebagaimanakepribadian,
adaduafaktorpenting yang berpengaruhterhadapkarakter, yaknifaktorendogenus
(faktorhereditasataugenetik) danfaktoreksogenus
(pengaruhpendidikandan/ataulingkungan).Namun, para ahli memandang bahwa faktor
pendidikan dapat memberi kontribusi yang cukup signifikan terhadap pembentukan
karakter sesuai dengan arah yang diharapkan (sesuai tujuan), yakni nilai-nilai
baik yang bersumber dari ajaran-ajaran agama maupun tradisi kearifan lokal dan
nasional[2].
Dalam pendidikan Islam penanaman
karakter sangat perlu, dan dalam karakter memerlukan tujuan yang merupakan sasaran ideal yang
hendak dicapai. Dengan demikian kurikulum yang telah dirancang, disusun dan
diproses dengan maksimal diupayakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tentu saja
terkait dengan hal ini pendidikan Islam mempunyai tugas yang berat, salah
satunya adalah mengembangkan potensi fitrah manusia. Untuk mengetahui
kapasitas, kualitas, peserta didik perlu diadakan evaluasi. Dalam evaluasi
perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar
mengajar dan penddidikan secara keseluruhan. Evaluasi yang baik haruslah
didasarkan atas tujuan yang ditetapkan berdasarkan perencanaan sebelumnya dan
kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk peserta didik. Betapapun
baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan, tidak
akan tercapai sasarannya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana pengertian evaluasi
dalam pendidikan karakter ?
2.
Bagaimanatujuan dan fungsi evaluasi dalam pendidikan karakter ?
3.
Apa sajakah prinsip-prinsip evaluasi dalam pendidikan karakter ?
4.
Bagaimana sistem evaluasi dalam pendidikan karakter ?
5.
Apa saja sasaran evaluasi
dalam pendidikan karakter ?
II
A.
Pengertian Evaluasi dalam pendidikan karakter
Menurut
bahasa evaluasi berasal dari bahasa Inggris, “evaluation”, yang berarti penilaian
atau penaksiran[3].
Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan. Dengan demikian secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah penilaian untuk
mengetahui proses pendidikan dan komponen-komponennya dengan instrumen yang
terukur[4].
Dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal
1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan[5].
Sejak
tahun 1990-an, terminologi pendidikan karakter mulai ramai dibicarakan. Thomas
Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang sangat memukai, The
Retrun of Character Education. Sebuah buku yang menyadarkan dunia Barat secara
khusus di mana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum,
bahwa pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal kebangkitan
pendidikan karakter. Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin,
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing
the good). Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum
dalam sederet sifat-sifat baik. Dengan demikian maka pendidikan karakter adalah
sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku.
Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai persepsi dan nilai-nilai pribadi
yang ditampilkan di sekolah. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan-tujuan
etika, tetapi prakteknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan yang penting
yang mencakup perkembangan sosial siswa.
Pembentukan dan
pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak rumah tangga dan keluarga sekolah dan
lingkungan sekolah. Pendidikan karakter melalui sekolah merupakan usaha mulia
yang mendesak untuk dilakukan. Bahkan kalo berbicara tentang masa depan,
sekolah bertanggung jawab bukan hanya mencetak peserta didik yang unggul dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam karakter dan kepribadian.
Usaha
pembentukan dan pendidikan karakter melalui sekolah, menurut Azyumardi Azra
bisa dilakukan setidaknya melalui pendekatan sebagai berikut:
1.
Menerapkan pendekatan modelling atau axemplary atau uswatun
hasanah, yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk
menghidupkan dan menegakkkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui
suri tauladan
2.
Menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara
terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan nilai yang buruk.
3.
Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter ( character based
education). Hal ini bisa dilaksanakan dengan memaksukkan pendidikan karakter ke
dalam setiap pelajaran yang ada. Atau melakukan reorientasi baru baik dari segi
isi dan pendekatan terhadap mata pelajaran yang relevan atau berkaitan seperti
mata pelajaran pendidikan agama dan PPKN, bisa pula mencakup seluruh mata
pelajaran umum dan muatan lokal[6].
Jika dikaitkan
antara evaluasi dengan pendidikan karakter hingga menjadi suatu term evaluasi
berbasis pendidikan karakter maka evaluasi berbasis pendidikan karakter adalah penilaian untuk
mengetahui proses pendidikan dan komponen-komponennyadengan instrumen yang
terukur dan
berlandaskan ketercapaian karakter yang diinginkan. Dalam pendidikan karakter,
evaluasi sangat penting dilakukan karena untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut.
Pendidikan
karakter menanamkan nilai-nilai[7]
yang sangat sinkron dengan pendidikan agama islam dan secara tidak langsung
maka untuk proses evaluasinya bisa digunakan evaluasi dalam wacana pendidikan
Islam. Term atau istilah evaluasi dalam wacana pendidikan Islam tidak diperoleh
padanan katanya yang pasti, tetapi terdapat term atau istilah-istilah tertentu
yang mengarah pada makna evaluasi[8].
Term-term tersebut adalah:
1. Al-Hisab, memiliki makna mengitung,
menafsirkan dan mengira. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT QS.
Al-Baqarah, 2 : 284.
Begitu pula dalam QS. Al-Ghasyiyah
(88) Ayat 26.
2. Al-Bala’ , memiliki makna cobaan dan ujian.
Terdapat dalam firman Allah SWT(QS.
Al-Mulk, 67: 2).
3. Al-Hukm,
memiliki
makna putusan atau vonis.
Misalnya dalam firman Allah SWT, (
Q.S An-Naml: 78 )
4. Al-Qadha,
memiliki
arti putusan. Misalnya dalam firman Allah SWT( Q.S Thaha: 72)
5. Al-Nazhr,
memiliki
arti melihat. Misalnya dalam firman Allah SWT Q.S Al-Naml: 27)
6. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal
dari kata mihnah. Bahkan dalam Alquran terdapat surat yang menyatakan
wanita-wanita yang diuji dengan menggunakan kata imtihan, yaitu surat
al-Mumtahanah. Firman Allah Swt. yang berkaitan dengan kata imtihan ini
terdapat pada surat al-Mumtahanah (60) ayat 10.
7. Al-ikhtibar, memiliki makna ujian atau
cobaan/al-bala’. Orang Arab sering menggunakan kata ujian atau bala’ dengan
sebutan ikhtibar. Bahkan di lembaga pendidikan bahasa Arab menggunakan istilah
evaluasi dengan istilah ikhtibar.
Beberapa
term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung atau
hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi
bahwa Alquran dan Hadis merupakan asas maupun prinsip pendidikan Islam,
sementara untuk operasionalnya tergantung pada ijtihad umat. Term evaluasi
pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada makna “penafsiran atau memberi
putusan terhadap pendidikan”. Setiap tindakan pendidikan didasarkan atas
rencana, tujuan, bahan, alat dan lingkungan pendidikan tertentu. Berdasarkan
komponen ini, maka peran penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana
keberhasilan pendidikan tercapai. Dari pengertian ini, proses pelaksanaan
penilaian lebih ditekankan pada akhir tindakan pendidikan.
Penilaian
dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-keputusan pendidikan,
baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut
pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Dalam
konteks ini, penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai
dengan niai-nilai Islami sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan
dapat tercapai
secara maksimal[9].
secara maksimal[9].
Selanjutnya
jenis evaluasi[10]
dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Jenis
evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi, yaitu:
a) Evaluasi
diagnostik, adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan
siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b) Evaluasi
selektif adalah adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siwa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
c) Evaluasi
penempatan adalah adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
d) Evaluasi
formatif[11]
adalah adalah evaluasi yang dilaksanakan
untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar. Sebagaiman dikemukakan oleh Frederich G. Knikr, “ formative evaluation looks at the process of Learning and teaching while the instruction disain is being develop and materials produced”.
untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar. Sebagaiman dikemukakan oleh Frederich G. Knikr, “ formative evaluation looks at the process of Learning and teaching while the instruction disain is being develop and materials produced”.
e) Evaluasi
sumatif[12]
adalah adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan
belajar siswa. Penilaian ini dilaksanakan terhadap program/ desain yang telah
diimplementasikan.
2) Jenis
evaluasi berdasarkan sasaran
a) Evaluasi
konteks yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional
tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam
perencanaan
b) Evaluasi
input, evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c) Evaluasi
proses, evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor
hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
d) Evaluasi
hasil atau produk, evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang
dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki,
dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan
e) Evaluasi
outcome atau lulusan, evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa
lebih lanjut, yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
3) Jenis
evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:
a) Evaluasi
program pembelajaran, yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-aspek program pembelajaran yang
lain.
b) Evaluasi
proses pembelajaran, yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan
garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
c) Evaluasi
hasil pembelajaran, mencakup tingkat penguasaan
siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4) Jenis
evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
Berdasarkan
Objek antara lain:
a) Evaluasi
input, evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,
keyakinan.
b) Evaluasi
transformasi, evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran
antara lain materi, media, metode dan lain-lain.
c) Evaluasi
output, evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.
Berdasarkan subjek :
a) Evaluasi
internal, evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,
misalnya guru.
b) Evaluasi
eksternal, evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai
evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.
B.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi dalam
Pendidikan karakter
Secara
rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk membentuk al-Insan
al-Kamil atau manusia paripurna. Karena itu evaluasi pendidikan Islam,
hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu: dimensi dialektikal horizontal
dan dimensi ketundukan vertikal[13].
Tujuan
evaluasi pendidikan adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap
materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat
kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan
mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga
naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi
bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidik bersungguh-sungguh
dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam
pendidikan Islam, tujuan evaluasi ditekankan pada penguasaan sikap,
keterampilan dan pengetahuan-pemahaman yang berorientasi pada pencapaian al-insan
al-kamil[14]. Penekanan ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besar meliputi
empat hal, yaitu:
1.
Sikap dan pengalaman terhadap hubungan
pribadinya dengan Tuhannya
2.
Sikap dan pengalaman terhadap arti
hubungan dirinya dengan masyarakat
3.
Sikap dan pengalaman terhadap arti
hubungan kehidupannya dengan alam sekitar; dan
4.
Sikap dan pandangan terhadap dirinya
sendiri selaku hamba Allah SWT, anggota masyarakat serta khalifah-Nya.
Dari keempat dasar tersebut di atas,
dapat dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu:
a)
Sejauh mana loyalitas dan
pengabdiannya kepada Allah Swt. dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa
tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
b)
Sejauh mana peserta didik dapat
menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat, seperti
akhlak yang mulia dan disiplin
c)
Bagaimana peserta didik berusaha
mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya,
apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana
ia berada
d)
Bagaimana dan sejauh mana ia
memandang diri sendiri sebagai hamba Allah Swt. dalam menghadapi kenyataan
masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Secara filosofis fungsi evaluasi
selain menilai dan mengukur juga memotivasi serta memacu peserta didik agar
lebih bersungguh-sungguh dan sukses dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan
Islam.
Secara praktis fungsi evaluasi[15]
adalah (a) secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi
belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan, (b) secara
sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi
dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, (c) secara
didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya
masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik di antara
teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang, (e)
untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program
pendidikannya, (f) untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi,
baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan
tingkat/kelas, (g) secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan
laporan tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala
sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.
Fungsi evaluasi pendidikan islam
adalah sebagai umpan balik ( feed back )[16]
terhadap kegiatan pendidikan. Umpan balik ini berguna untuk[17]:
1. Ishlah yaitu perbaikan terhadap semua
komponen-komponen pendidikan, termasuk perilaku, wawasan dan
kebiasaan-kebiasaan.
2. Tazkiyah yaitu penyucian terhadap semua komponen-komponen
pendidikan.
3. Tajdid
yaitu
memodernisasi semua kegiatan pendidikan
4. Al-Dakhil yaitu masukan sebagai laporan bagi
orang tua murid berupa rapor, ijazah, piagam dan sebagainya.
C.
Prinsip-prinsip Evaluasi dalam Pendidikan
karakter
Ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam evaluasi pendidikan Islam, yaitu:
prinsip kontinuitas, prinsip menyeluruh, prinsip obyektivitas, dan prinsip
mengacu pada tujuan[18].
1.
Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Bila aktivitas pendidikan Islam
dipandang sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka
evaluasi pendidikannya pun harus dilakukan secara kontinu. Prinsip ini selaras
dengan istiqamah dalam Islam, yaitu setiap umat Islam hendaknya tetap tegak
beriman kepada Allah Swt., yang diwujudkan dengan senantiasa mempelajari Islam,
mengamalkannya, serta tetap membela tegaknya agama Islam, sungguhpun terdapat
berbagai tantangan yang senantiasa dihadapinya.
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil, sebagaimana diisyaratkan Alquran dalam Surah Al-Ahqaf (46) Ayat 13-14.
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil, sebagaimana diisyaratkan Alquran dalam Surah Al-Ahqaf (46) Ayat 13-14.
2.
Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek,
meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap
kerjasama, tanggung jawab dan sebagainya, sebagaimana diisyaratkan dalam
Alquran Surat Al-Zalzalah (99) Ayat 7-8.
3.
Prinsip objektivitas.
Objektif dalam arti bahwa evaluasi
itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada
tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektivitas dari evaluator. Allah SWT.
memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena
kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah,
5: 8), Nabi Saw. pernah bersabda:
…..وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Artinya: “…..Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.
…..وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Artinya: “…..Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.
Prinsip ini hanya dapat ditetapkan
bila penyelenggara pendidikan mempunyai sifat siddiq, jujur, ikhlas, ta’awun,
ramah, dan lainnya.
4.
Prinsip mengacu kepada tujuan.
Setiap aktivitas manusia sudah pasti
mempunyai tujuan tertentu, karena aktivitas yang tidak mempunyai tujuan berarti
merupakan atau pekerjaan sia-sia.
D.
Sistem Evaluasi dalam Pendidikan karakter
Sistem
evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan
oleh Allah SWT, dalam Alquran dan dijabarkan dalam Sunah, yang dilakukan Rasulullah
SAWdalam proses pembinaan risalah Islamiyah. Secara umum sistem evaluasi
pendidikan Islam sebagai berikut:
1.
Untuk menguji daya kemampuan manusia
beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (QS.
Al-Baqarah, 2: 155).
2.
Untuk mengetahui sejauhmana atau
sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW.
kepada umatnya (QS. Al-Naml, 27: 40).
3.
Untuk menentukan klasifikasi atau
tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah SWT.
terhadap nabi Ibrahim as. yang menyembelih Ismail as. putra yang dicintainya
(QS. Al-Shaaffat, 37: 103-107).
4.
Untuk mengukur daya kognisi, hafalan
manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian
terhadap nabi Adam as. tentang asma` yang diajarkan Allah SWT. kepadanya di
hadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah, 2: 31).
5.
Memberikan semacam tabsyir (berita
gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi
mereka yang beraktivitas buruk (QS. Al-Zalzalah, 99: 7-8).
6.
Allah SWT. dalam mengevaluasi
hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi
di balik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj, 22: 37).
7.
Allah SWT. memerintahkan agar
berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan
ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah, 5: 8).
E.
Sasaran Evaluasi dalam Pendidikan karakter
Langkah yang harus ditempuh seorang
pendidik dalam mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi
tersebut. Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya memudahkan
pendidik dalam menyusun alat-alat evaluasinya.
Pada umumnya ada tiga sasaran pokok
evaluasi[19],
yaitu:
1.
Segi tingkah laku, artinya segi-segi
yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan peserta didik sebagai
akibat dari proses belajar mengajar
2.
Segi pengetahuan, artinya penguasaan
pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar
3.
Segi yang menyangkut proses belajar
mengajar yaitu bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara
obyektif dari guru. Sebab baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan
baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
III
Evaluasi dalam
pendidikan karakter adalah penilaian untuk mengetahui proses pendidikan dan
komponen-komponennya dengan instrumen yang terukur dan berlandaskan ketercapaian karakter yang diinginkan.Tujuan evaluasi
pendidikan adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi
pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali
materi yang telah diberikan. Program evaluasi bertujuan mengetahui siapa di
antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas
maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan
mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidik bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam evaluasi pendidikan Islam, yaitu: prinsip
kontinuitas, prinsip menyeluruh, prinsip obyektivitas, dan prinsip mengacu pada
tujuan. Dalam implementasi evaluasi dalam pendidikan karakter memang tidak
semudah membalik tangan, namun itu semua adalah tantangan bagi dunia pendidikan
sekarang dan masa mendatang.Jika
dalam pembelajaran guru belum mampu mengevaluasi siswa dalam evaluasi
pendidikan karakter maka harus ada
korelasi positif dengan lingkungan sekitar misal keluarga dan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003.
Al-Aziz,
Abdul dkk. Dalam Hasan Langgulung, Pendidikan dan peradaban Islam, al-Hasan.
Jakarta: Indonesia, 1985.
Azra,
Azyumardi. Catatan tentang Evaluasi atas arah pendidikan serta
fungsionalisasi Pemikiran Pendidikan di Indonesia. Makalah pada Diskusi
Ahli ” Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan yang Lebih Baik”. Jakarta:
Yayasan Fase Baru Indonesia, 25 0ktober 1999.
Jamarah,
Syaiful Bahri. Guru dan Anak didik dalam interaksi edukatif- Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2005.
Purwanto,Ngalin.
Evaluasi Pengajaran.Bandung: Remaja Karya, 1955.
Ramayulis,
Teknik Evaluasi Pendidikan agama Islam di Madrasah, Makalah, Fak. Tarbiyah
IAIN Batusangkar,1996.
Sanjaya,
Wina.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis KBK.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2005.
Soeharto,
Karti. Teknologi Pembelajaran, Pendekatan sistem, konsepsi dan model, SAP,
evaluasi, sumber belajar dan Media. Surabaya : SIC advertising, 2003.
Undang-Undang
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wand
Edwin and General W. Brown, Essential of educational Evaluation. New
York: 1979, vol 27.
Syaibany,
Omaar Mohammad al-Toumu M. Falsafah Pendidikan Islam, Alih bahasa Dr.
Hasan Langgulung, Jakarta: Cet. I, Bulan Bintang, 1979.
[1] Azyumardi Azra.
Catatan tentang Evaluasi atas arah pendidikan serta fungsionalisasi Pemikiran
Pendidikan di Indonesia. Makalah pada Diskusi Ahli ” Pendidikan
Indonesia untuk Masa Depan yang Lebih Baik” (Jakarta: Yayasan Fase Baru
Indonesia, 25 0ktober 1999), 2.
[2]Azyumardi Azra,
Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan Demokratisasi (
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2002) 173.
[3]Suharsimi
Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003), 3.
[4]Menurut Wand
dan Brown ( 1957) mendefinisikan evaluasi sebagai “ refer to the act
proccess to determining the value of something”. Wand Edwin and General W.
Brown, Essential of educational Evaluation ( New York: 1979, vol 27),
867. Evaluasi mengacu kepada suatu
proses untuk menentukan nilai suatu yang dievaluasi. Wina Sanjaya, Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum berbasis KBK. ( Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2005),181.
[5]Undang-Undang
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[6]Azyumardi Azra,
Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan Demokratisasi (
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2002 ), 187-186.
[7]Ibid, 176.
[9]Ngalin
Purwanto. Evaluasi Pengajaran.( Bandung: Remaja Karya, 1955),12.
[10]Ramayulis. Ilmu
Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2004),205.
[11]Karti Soeharto.
Teknologi Pembelajaran, Pendekatan sistem, konsepsi dan model, SAP,
evaluasi, sumber belajar dan Media ( Surabaya : SIC advertising, 2003), 65)
[12]Ibid , 66
[13]Abdul al-Aziz,
dkk. Dalam Hasan Langgulung, Pendidikan dan peradaban Islam, al-Hasan. (
Jakarta: Indonesia, 1985), 3.
[14]Omaar Mohammad
al-Toumu M. Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Alih bahasa Dr. Hasan
Langgulung ( Jakarta: Cet. I, Bulan Bintang, 1979), 339.
[15]Suharsimi
Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003) 10.
[16]Syaiful Bahri
Jamarah. Guru dan Anak didik dalam interaksi edukatif- Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis ( Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2005), 249.
[17]Ramayullis. Ilmu
Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2004 ), 204-205.
[18]Ramayulis, Teknik
Evaluasi Pendidikan agama Islam di Madrasah, Makalah, Fak. Tarbiyah IAIN
Batusangkar,1996. 7.
[19]Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis. ( Jakarta: PT rieneka Cipta, 2005) 248.
Langganan:
Komentar (Atom)
